Cerpen : Origami

“Ah seneng banget, seharian full gue bisa di deket lo”

“Kapan sih lo jadi milik gue? Peka dong!”

“Oh ternyata lo udah ada yang punya ya? Maaf gue terlalu berharap sama lo, cowok bego”

“Gue cuma sahabat lo, gak lebih!! Tapi kenapa perasaan gue ke lo lebih dari sekedar sahabat!!”

Ara terus-terusan menulis pada kertas origami akan isi hatinya, melipat kertas origami menjadi bentuk burung, dan menyimpannya pada sebuah kotak.



Malam ini Ara baru saja pulang dari rumah sakit karena tifusnya kambuh.

Clek! Pintu kamar Ara terbuka, Ara meliriknya, kemudian dengan segera Ara meremas kertas origami yang baru saja diisi tulisan. Cowok yang ada di ambang pintu segera menuju ranjang tempat Ara berbaring. Cowok itu tersenyum manis, Ara membuang pandangannya acuh.

“Lo nulis apaan beb?” tanya Naufal.

“Gak, cuma coret-coret doang” sahut Ara datar tanpa ekspresi.

“Beb gue kangen.. gue ke sini cuma buat lo, gue sengaja gak sekolah cuma demi nemenin lo yang gak pernah muncul di kelas selama 3 hari ini. Tapi kenapa lo jutek banget sih sama gue?” ketus Naufal.

Ara melirik Naufal sekilas.

“Siapa suruh lo nemenin gue?” tanya Ara.

“Kenapa sih, semenjak gue jadian sama Bella, lo gak pernah ngasih senyum ke gue?” lirih Naufal.

“Pikir-pikir aja jawabannya! Oh ya, lo tahu kan dimana pintu exitnya?” sahut Ara.

“Jahat lo beb!” hardik Naufal.

Tes! Tak terasa, tiba-tiba air mata Ara berlinang.

“Yang jahat lo apa gue sih!”

“Beb lo kenapa nangis?” tanya Naufal seraya menghapus air bening Ara. “Maaf beb kalau gue tadi bentakin lo..” ucap Naufal sambil membelai lembut rambut panjang Ara.

Ara terdiam, itu tandanya dia nyaman.

“Lo gak bakalan jauh-jauh dari gue kan, walaupun lo udah punya cewek?” pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut Ara tanpa terpikirkan terlebih dahulu.

Naufal cukup kaget mendengarnya.

“Lo kan calon istri gue” ujar Naufal tersenyum miring.

Cup! Bibir Naufal menabrak lembut kening Ara dalam waktu yang cukup lama.



Kiiiit..

Sebuah motor ninja berhenti di depan koridor suatu SMA ternama yang ada di kota Jakarta.

“Nanti kamu pulangnya bareng Naufal ya? Abang ada rapat nanti” kata Bang Rangga, kakak Ara.
Ara melepas helmnya.

“kalau dia bareng aku pasti pacarnya marah-marah lah. Aku bisa pulang bareng Farras aja” tukas Ara melempar senyum.

Ara memberikan helmnya pada bang Rangga. Bang Rangga menerimanya, kemudian mengacak-acak rambut depan Ara sekilas. Setelah motor bang Rangga melesat pergi, Ara berjalan memasuki kelas dengan air muka yang tak peduli akan keadaan sekitar.

“Pagi Ara.. udah baikan ya?” sapa Bella, tetangga bangku sebelah kanan Ara.

Ara hanya tersenyum miring dua detik, tak menjawab basa-basi Bella. Ara duduk di bangkunya, mengaduk-aduk tasnya.

“Ck. Bego! Kenapa nih kotak ada di sini?!”

Ara terus berkomat-kamit mengutuki dirinya sendiri atas kecerobohannya yang membawa kotak berisi rahasia-rahasia Ara. Tak lama kemudian Naufal datang dan langsung menuju bangku Bella.
“Pagi sayang, pagi juga Ara” sapa Naufal.

Naufal melemparkan tasnya kebangkunya sendiri -bangku kiri Ara- dari bangku bella. Ara menjitak kening Naufal dengan semangat 45.

“Cowok bego! kalau kena gue gimana!!” ujar Ara dengan intonasi yang tinggi.

Naufal meringis kesakitan, Ara kesal sekali, sedangkan Bella terkekeh melihatnya.

“Sakit Ara!” Naufal meringis, cukup sakit jitakan yang Ara kasih pagi ini.

“Pagi Ara” sapa seseorang lagi dari ambang pintu. Ara menghampirinya.

“Hai Farras” sapa Ara, senyum manis pertamanya di hari ini dia lemparkan pada cowok di depannya ini.

“Harusnya si sipit itu yang dapet jitakan Ara!! Dan harusnya gue yang dapet senyum dari Ara!!” batin Naufal menjerit melihat adegan di ambang pintu itu.

Naufal mencari-cari sesuatu untuk dilemparkannya ke Farras, agar Farras turut merasakan deritanya. Naufal melirik bangku Ara, didapatinya kotak rahasia Ara. Karena Naufal penasaran, Naufal membukanya -membuka sebuah lipatan origami yang ada di sana.

“Eh Cowok bego! Tahu gak! Gue sakit hati lihat lo sama Bella-tung itu!! Gue doain moga cepet putus yah! #smirk”

Naufal terkekeh membacanya.



Malam ini seperti biasa, Naufal berkunjung ke rumah yang katanya, “Calon Istrinya.” Keduanya -Naufal dan Ara- tengah duduk di balkon.

“Ngapain lo cengar-cengir kayak orang gila gitu?” tanya Ara bergidik tatkala memperhatikan raut wajah Naufal yang aneh.

“Gue habis putus sama Bella” jawab Naufal menatap mata Ara.

Ara segera mengalihkan pandangannya agar tak terbuai.

“Lo nggak patah hati?” heran Ara.

“Lo nggak seneng?” Naufal menatap wajah Ara dengan kening berkerut.

“Maksud lo?” Ara balik bertanya.

“Gue mutusin dia karena lo! Karena gue baca tulisan di origami, gue jadi… ” Naufal menggantung ucapannya, tangannya melingkar indah pada pinggang ramping Ara, membuat Ara nervous.

“Gue sayang sama lo..” bisik Naufal tepat di telinga Ara. “Ara.. mau kan, jadi istri gue?” lanjutnya.

“I, iiya..” balas Ara.

Naufal mendekap Ara erat dan menopangkan dagunya pada bahu Ara.

“Makasih..” tambah Naufal.

“Eh, tapi.. tadi lo eh kamu bilang istri?”

“Iya, kan secepatnya aku bakalan nikahin kamu…”

Cup! Naufal mencium puncak kepala Ara lama.

The End

Karangan : Tasya Imelda Dievar

Terimakasih.



0 comments:

Post a Comment

Cerpen : Origami